Sabtu, 29 Desember 2012

GURU DI MATA GURU

Pada saat kapankah guru mendapat kesenangan ? Pada saat akhir tahun pelajarankah ? Pada saat menerima honorkah ? atau apa ? Barangkali kalau saya ditanya, saya akan menjawab: saya akan senang,puas dan bangga jika siswa saya sukses dalam  Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Sementara inti dari KBM itu sendiri adalah terjadinya perubahan positif pada pengetahuannya, kepribadiannya, pertemanannya dan terakhir yang paling penting adalah akidah dan akhlaknya.

Dari sisi lain, kesenangan saya bertambah sangat dengan diakuinya pekerjaan guru sebagai sebuah profesi oleh Pemerintah yang patut diperhitungkan. Konsekuensi dari itu, sudah selayaknya profesi guru bukanlah profesi buangan dalam arti daripada tidak ada pekerjaan, lebih baik jadi guru saja. Kenyataan ini menjadi sebuah fenomena sebagaimana yang dikatakan oleh Nana Sudjana secara makna bahwa pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain.

Buat rekan-rekanku yang pada tahun ajaran ini berpindah tugas di tempat lain, saya ucapkan selamat semoga antum dapat mengajar dengan baik dalam suasana dan lingkungan sekolah yang baru. Dimanapun kita bertugas, tetaplah harus menjunjung tinggi rasa profesionalitas kita sebagai guru.

MENGOPTIMALKAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN BERMAKNA

Istilah pembelajaran (instruction) itu menunjukkan pada usaha siswa mempelajari bahan pelajaran sebagai akibat perlakuan guru. Disini jelas, proses pembelajaran yang dilakukan siswa tidak mungkin terjadi tanpa perlakuan guru. 


Yang membedakannya hanya terletak pada peranannya saja. Ada tiga prinsip penting yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran. Pertama, proses pembelajaran adalah membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau merubah struktur kognitif siswa. 

Tujuan pengaturan lingkungan ini dimaksudkan untuk menyediakan pengalaman belajar yang memberi latihan-latihan penggunaan fakta-fakta. Kedua, berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang harus dipelajari. 

Ada tiga tipe pengetahuan yang masing-masing memerlukan situasi yang berbeda dalam mempelajarinya. Pengetahuan tersebut adalah pengetahuan fisis, sosial dan logika. 

Pengetahuan fisis adalah pengetahuan akan sifat-sifat fisis dari suatu objek atau kejadian seperti bentuk, besar, berat, serta bagaimana objek itu berinteraksi satu dengan yang lainnya. 

Pengetahuan fisis diperoleh melalui pengalaman indra secara langsung. Misalkan anak memegang kain sutra yang terasa halus, atau memegang logam yang bersifat keras dan lain sebagainya. 

Pengetahuan sosial berhubungan dengan perilaku individu dalam suatu sistem sosial atau hubungan antara manusia yang dapat mempengaruhi interaksi sosial. Contoh pengetahuan tentang aturan, hukum, moral, nilai, bahasa dan lain sebagainya. 

Pengetahuan tentang hal di atas, muncul dalam budaya tertentu sehingga dapat berbeda antara kelompok yang satu dengan yang lain. Pengetahuan sosial tidak dapat dibentuk dari suatu tindakan seseorang terhadap suatu objek, tetapi dibentuk dari interaksi seseorang dengan orang lain. 

Pengetahuan logika berhubungan dengan berpikir matematis, yaitu pengetahuan yang dibentuk berdasarkan pengalaman dengan suatu objek dan kejadian tertentu. Pengetahuan ini didapatkan dari abstraksi berdasarkan koordinasi relasi atau penggunaan objek. 

Pengetahuan logis hanya akan berkembang manakala anak berhubungan dan bertindak dengan suatu objek, walaupun objek yang dipelajarinya tidak memberikan informasi atau tidak menciptakan pengetahuan matematis. 

Pengetahuan ini diciptakan dan dibentuk oleh pikiran individu itu sendiri, sedangkan objek yang dipelajarinya hanya bertindak sebagai media saja. 

Ketiga, dalam proses pembelajaran harus melibatkan peran lingkungan sosial. Anak akan lebih baik mempelajari pengetahuan logika dan sosial dari temannya sendiri. Melalui pergaulan dan hubungan sosial, anak akan belajar lebih efektif dibandingkan dengan belajar yang menjauhkan dari hubungan sosial. 

Oleh karena, melalui hubungan sosial itulah anak berinteraksi dan berkomunikasi, berbagi pengalaman dan lain sebagainya, yang memungkinkan mereka berkembang secara wajar.

Selama menjalani proses kehidupannya, dari mulai lahir sampai dengan akhir hayatnya manusia tidak akan terlepas dari persoalan atau masalah. Selama kehidupannya manusia memiliki tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut manusia akan dihadapkan pada berbagai rintangan. 

Manakala ia berhasil mencapai rintangan itu, selanjutnya ia akan dihadapkan pada tujuan baru yang semakin berat, manakala ia berhasil mengatasi rintangan itu, maka segera akan muncul tujuan yang lain, demikianlah kehidupan manusia. 

Dengan demikian, maka proses pembelajaran harus diarahkan agar siswa mampu mengatasi setiap tantangan dan rintangan dalam kehidupan yang cepat berubah, melalui sejumlah kompetensi yang harus dimiliki, yang meliputi, kompetensi akademik, kompetensi okupasional, kompetensi kultural dan kompetensi temporal. 

Itulah sebabnya, makna belajar bukan hanya mendorong anak agar mampu menguasai sejumlah materi pelajaran akan tetapi bagaimana agar anak itu memiliki sejumlah kompetensi untuk mampu menghadapi rintangan yang muncul sesuai dengan perubahan pola kehidupan masyarakat.

Ditulis oleh H.Supyanto,M.Pd
Kepala SDN Duren Jaya II Bekasi Timur