Rabu, 21 April 2010

Ringkasan Pendidikan Luar Biasa

Pembukaan
Media ini ditujukan kepada Anda, mahasiswa Program S1 PGSD yang sedang menempuh mata kuliah Pengantar Pendidikan Luar Biasa dengan kode PGSD4409. Melalui penyajian ini diharapkan Anda akan lebih mudah memahami Bahan Materi Pokok (BMP) yang sedang Anda pelajari.
Saudara mahasiswa, dalam kesempatan ini akan kami sajikan tiga pokok bahasan atau materi yang merupakan bagian penting dari keseluruhan materi kuliah. Materi tersebut meliputi hakikat anak luar biasa, karakteristik serta pelayanan terhadap anak luar biasa di sekolah biasa.
Ketiga materi ini dikatakan sangat penting untuk Anda pahami, karena sebagai seorang guru SD yang karena keadaan, dalam tugas sehari-hari kemungkinan besar akan berhadapan dengan para siswa yang memiliki keluarbiasaan. Para siswa tersebut perlu perhatian dan pelayanan khusus sesuai dengan tingkat dan jenis keluarbiasaan yang disandangnya. Untuk memantapkan pemahaman terhadap materi-materi tersebut, sebaiknya Anda mengerjakan tugas-tugas yang telah dipersiapkan. Suplemen terdiri atas topik-topik :
1. Hakikat Keluarbiasaan
a. Definisi dan Jenis Keluarbiasaan
b. Penyebab dan Dampak Keluarbiasaan
c. Kebutuhan Suatu Hak dan Kewajiban Penyandang Keluarbiasaan.

2. Karakteristik Anak Luar Biasa
a. Karakteristik Anak Berbakat
b. Karakteristik Anak Tunagrahita
c. Karakteristik Anak Tunalaras
d. Karakteristik Anak Tunadaksa
e. Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar\

3. Pelayanan Pendidikan Anak Luar Biasa di Sekolah Biasa
a. Pendahuluan
b. Pengertian, Klasifikasi dan Karakteristik Anak Tunalaras
c. Jenis Perilaku Menyimpang di Sekolah Biasa
d. Penyebab Perilaku Menyimpang
e. Memahami Anak Berperilaku Menyimpang
f. Cara Mengatasi Anak Berperilaku Menyimpang
g. Penutup.

Deskripsi Singkat

Program ini menyajikan topik-topik penting dari mata kuliah Pengantar Pendidikan Luar Biasa yang seyogianya diketahui oleh para guru SD, meliputi: Hakikat Anak Luar Biasa, Karakteristik serta Pelayanan Pendidikan terhadap Anak Luar Biasa di SD Biasa.
Tujuan Umum
Setelah mengikuti program ini diharapkan para mahasiswa memiliki wawasan yang memadai tentang karakteristik dan kebutuhan pendidikan Anak Luar Biasa, sehingga mampu memberikan layanan pendidikan bagi anak luar biasa yang berada di SD biasa.
Selamat Mengikuti.

Materi I
Hakekat Keluarbiasaan

A. Definisi dan Jenis Keluarbiasaan
1. Definisi Keluarbiasaan
Keluarbiasaan merupakan padan kata exceptional dari bahasa Inggris, dan keluarbiasaan tersebut secara harfiah berarti sesuatu yang luar biasa. Sesuatu yang luar biasa bisa berarti positif, bisa juga negatif. Anak luar biasa (ALB) adalah anak yang secara nyata berbeda keadaannya dari pada anak pada umumnya. Oleh karena itu yang dimaksud anak luar biasa meliputi baik anak yang memiliki kelebihan maupun kekurangan.
Di Indonesia belum ada kesepakatan tentang penggunaan istilah yang baku tentang istilah keluarbiasaan. Istilah anak penyandang cacat, anak berkelainan , anak luar biasa, masih sering dipakai secara bergantian. Namun jika dilihat dari penyelenggara pendidikan anak yang berkelainan, yang menggunakan kata luar biasa, maka istilah anak luar biasa sebenarnya telah dapat diterima oleh masyarakat.
2. Jenis-jenis Keluarbiasaan
Pengelompokan keluarbiasaan dapat didasarkan pada dua aspek, yaitu bidang yang mengalami penyimpangan dan arah penyimpangan. Bidang penyimpangan berkaitan dengan penyebab terjadinya penyimpangan, sedangkan arah penyimpangan untuk melihat apakah posisi keluarbiasaan itu di atas normal atau di bawah normal. Keluarbiasaan di atas normal merupakan kondisi seseorang yang melebihi batas normal dalam bidang kemampuan. Kelompok anak dengan kondisi demikian disebut anak berbakat atau gifted. Di Indonesia, anak yang memiliki kemampuan di atas rata-rata ini dikelompokkan pada pendidikan khusus yang sering disebut sekolah unggulan.
Jika keluarbiasaan di atas normal hanya dikenal dengan satu istilah, tidak demikian halnya dengan istilah keluarbiasaan di bawah normal. Jenis-jenis keluarbiasaan di bawah normal meliputi: tunanetra, tunarungu, gangguan komunikasi, tuna grahita, tunadaksa, tunalaras, berkesulitan belajar, dan tuna ganda.
a. Tunanetra
Tunanetra adalah istilah yang diberikan kepada mereka yang mengalami gangguan berat terhadap penglihatan dan tidak dapat diatasi dengan pemakaian kaca mata.
b. Tunarungu
Tunarungu adalah mereka yang mengalami gangguan pendengaran, mulai dari yang ringan sampai dengan yang berat.
c. Gangguan Komunikasi
Secara garis besar, gangguan komunikasi dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu gangguan bicara dan gangguan bahasa. Gangguan bicara yang sering disebut sebagai tunawicara. Gangguan komunikasi yang terjadi karena gangguan bahasa ditandai dengan munculnya kesulitan bagi anak dalam memahami dan menggunakan bahasa, baik dalam bentuk lisan maupun tertulis.
d. Tunagrahita
Tunagrahita adalah kondisi dimana kemampuan mentalnya berada di bawah normal. Tunagrahita dapat dikelompokkan sebagai anak tunagrahita ringan, sedang dan berat.
e. Tunadaksa
Tunadaksa atau cacat fisik adalah kondisi anak yang memiliki cacat fisik, sehingga tidak dapat menjalankan fungsi fisik secara normal. Termasuk dalam kelompok tunadaksa adalah anak yang menderita penyakit epilepsi, cerebal palsy, kelainan tulang belakang, gangguan pada tulang dan otot, serta mengalami amputansi.
f. Tunalaras
Anak tunalaras adalah anak yang mengalami gangguan emosi, sehingga sering menunjukkan adanya penyimpangan perilaku. Penyimpangan tersebut seperti menyakiti diri sendiri, suka menyerang teman dan sebagainya. Termasuk dalam kelompok tunalaras adalah anak-anak penderita autis.
g. Anak Berkesulitan belajar
Anak berkesulitan belajar adalah anak-anak yang memiliki tingkat kecerdasan normal, tetapi prestasi belajar yang diperoleh tidak sesuai dengan tingkat kemampuannya.
h. Tunaganda
Sesuai dengan istilah tunaganda, adalah kelompok yang menyandang lebih dari satu jenis keluarbiasaan. Misalnya penyandang tunanetra dan tunarungu sekaligus, penyandang tunadaksa disertai tunagrahita, atau bahkan tunadaksa, tunarungu dan tunagrahita sekaligus.

B. Penyebab dan Dampak Keluarbiasaan
1. Penyebab Terjadinya Keluarbiasaan
Berdasarkan waktu terjadinya penyebab kelurbiasaan dapat dibagi menjadi tiga kategori seperti berikut.

a. Penyebab Prenatal, yaitu penyebab yang terjadi pada saat anak masih dalam kandungan. Pada saat ini mungkin sang ibu terserang virus, mengalami trauma, atau salah minum obat.
b. Penyebab Perinatal, yaitu penyebab yang terjadi pada saat proses kelahiran, seperti terjadinya benturan atau infeksi ketika melahirkan, proses kelahiran dengan penyedotan, atau pemberian oksigen yang terlalu lama bagi anak prematur
c. Penyebab Postnatal, yaitu penyebab yang muncul setelah kelahiran, misalnya kecelakaan, jatuh atau kena penyakit tertentu.

2. Dampak Keluarbiasaan

Dampak keluarbiasaan sangat bervariasi, baik bagi anak, keluarga/orang tua, maupun masyarakat.
a. Dampak Keluarbiasaan Bagi Anak ALB
Keluarbiasaan di atas normal dapat berdampak positif maupun negatif bagai anak. Mereka akan merasa bangga dengan keluarbiasaan yang dimilikinya, tetapi keluarbiasaan tersebut akan menjadi masalah kalau menyebabkan ia sombong dan merasa superior. Anak berbakat juga akan menghadapi masalah apabila ia terpaksa hidup diantara orang dewasa, sementara ia masih merasa sebagai anak-anak. Sebaliknya, bagi anak yang mempunyai keluarbiasaan di bawah normal, pada umumnya akan terhambat perkembangannya, kecuali jika ia mendapat pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan.
Dampak spesifik juga dapat terjadi terhadap anak luar biasa, misalnya penderita tunarungu akan mendapat hambatan dalam berkomunikasi, anak tunanetra mendapat hambatan dalam mobilitas, anak tunagrahita akan mendapat hambatan dalam banyak hal.
Tingkat keluarbiasaan juga menghasilkan dampak yang berbeda bagi anak. Anak yang menderita keluarbiasaan yang bersifat ringan mungkin masih mampu menolong diri sendiri. Makin parah tingkat keluarbiasaan, dampaknya bagi anak juga semakin parah.
b. Dampak Keluarbiasaan bagi Keluarga
Dampak keluarbiasaan anak bagi keluarga bervariasi. Ada orang tua yang merasa terpukul, pasrah menerima keadaan dan ada pula yang acuh terhadap keluarbiasaan tersebut.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi reaksi/sikap keluarga terhadap keluarbiasaan antara lain : tingkat pendidikan, latar belakang budaya, status sosial ekonomi keluarga, dan juga jenis dan tingkat keluarbiasaan.
c. Dampak Keluarbiasaan bagi Masyarakat
Sikap masyarakat terhadap keluarbiasaan mungkin juga akan bervariasi, tergantung dari dari latar belakang budaya dan tingkat pendidikan. Ada masyarakat yang bersimpati , ada yang acuh tak acuh, mungkin juga bersikap antipati.


C. Kebutuhan serta Hak dan Kewajiban Penyandang Keluarbiasaan

1. Kebutuhan Penyandang Keluarbiasaan
Secara umum tidak terdapat perbedaan kebutuhan antara anak normal dengan anak luar biasa. Namun karena keluarbiasaannya itu ada kebutuhan-kebutuhan spesifik yang lebih dibutuhkan oleh anak luar biasa. Kebutuhan-kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisik/ kesehatan, kebutuhan sosial/emosional, dan kebutuhan pendidikan.
a. Kebutuhan fisik/kesehatan
Kebutuhan fisik bagi penyandang keluarbiasaan akan terkait erat dengan jenis keluarbiasaannya. Bagi penyandang tunadaksa yang menggunakan kursi roda, akan membutuhkan sarana khusus untuk masuk ke gedung-gedung dengan jalan miring, sebagai pengganti tangga. Penyandang tunanetra perlu tongkat dan penyandang tunarungu mungkin memerlukan alat alat bantu dengar.

Berbagai layanan khusus di bidang kesehatan diperlukan bagi para penyandang keluarbiasaan. Layanan tersebut antara lain : physical therapy dan occupational therapy, yang keduanya berkaitan erat dengan keterampilan gerak (motor skills), dan speech theraphy atau bina wicara bagi para tunarungu. Para ahli yang terlibat dalam menangani kesehatan para penyandang keluarbiasaan terdiri dari dokter umum, dokter gigi, ahli physical theraphy dan ahli occupational theraphy, ahli gizi, ahli bedah tulang, ahli THT, dokter spesialis mata dan perawat.

b. Kebutuhan sosial/emosional
Karena keluarbiasaan yang disandangnya, kebutuhan yang diperlukan kadang-kadang sulit dipenuhi. Berbagai kondisi/ keterampilan seperti mencari teman, memasuki masa remaja, mencari kerja, perkawinan, kehidupan seksual, dan membesarkan anak merupakan kondisi yang menimbulkan masalah bagi penyandang keluarbiasaan. Oleh karena itu bantuan para pekerja sosial , para psikolog, dan ahli bimbingan juga dibutuhkan oleh para keluarga.
c. Kebutuhan Pendidikan
Jenis pendidikan yang diperlukan sangat terkait dengan keluar-biasaan yang disandangnya. Secara khusus, penyandang tunarungu memerlukan bina persepsi bunyi yang diberikan oleh speech therapist, tunanetra memerlukan bimbingan khusus dalam mobilitas dan huruf Braille, dan tunagrahita memerlukan bimbingan keterampilan hidup.

2. Hak Keluarbiasaan
Tidak ada perbedaan hak antara penyandang keluarbiasaan dibandingkan dengan anak normal, terutama dalam bidang pendidikan. Dalam pasal 31 UUD 45 disebutkan bahwa semua warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Ketentuan dalam pasal tersebut diatur lebih lanjut pada pasal 6 dan pasal 8 UU No.2/Tahun 1989, dalam Bab III, yang berbunyi:
Pasal 6
Setiap warga negara berhak atas kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengikuti pendidikan agar memperoleh pengetahuan , kemampuan dan keterampilan yang sekurang-kurangnya setara dengan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan tamatan pendidikan dasar.
Pasal 8
1. Warga negara yang memiliki kelainan fisik dan/atau mental berhak memperoleh pendidikan luar biasa.

2. Warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus.

Dari dua pasal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa anak luar biasa berhak atas pendidikan sampai tamatan SMP.

Pendidikan anak luar biasa disamping dijamin oleh UUD 45, secara internasional juga tercantum dalam Deklarasi Umum Hak-Hak Kemanusiaan 1948 (The 1948 Universal Declaration of Human Right) yang diperbaharui pada Konferensi Dunia tentang Pendidikan Untuk Semua (Educational For All). Konferensi tersebut juga menyepakati suatu kerangka kerja untuk Pendidikan Anak Luar Biasa yang dapat dijadikan pegangan bagi setiap negara dalam penyelenggaraan Pendidikan Luar Biasa.
Dalam kerangka kerja tersebut disebutkan bahwa :
a. setiap anak mempunyai hak yang fundamental untuk mendapatkan pendidikan, dan harus diberi kesempatan untuk mencapai dan memelihara tahap belajar yang dapat diterimanya;
b. setiap anak punya karakteristik, minat, kemampuan, dan kebutuhan yang unik;
c. sistem pendidikan harus dirancang dan program pendidikan diimplementasikan dengan mempertimbangkan perbedaan yang besar dalam karakteristik dan kebutuhan anak;
d. mereka yang mempunyai kebutuhan belajar khusus (anak luar biasa) harus mempunyai akses ke sekolah biasa yang seyogyanya menerima mereka dalam suasana pendidikan yang berfokus pada anak sehingga mampu memenuhi kebutuhan mereka, serta
e. sekolah biasa dengan orientasi inklusif (terpadu) ini merupakan sarana paling efektif untuk melawan sikap deskriminatif, menciptakan masyarakat yang mau menerima kedatangan anak luar biasa, membangun masyarakat yang utuh terpadu dan mencapai pendidikan untuk semua, dan lebih-lebih lagi sekolah biasa dapat menyediakan pendidikan yang efektif bagi mayoritas anak-anak serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas biaya bagi seluruh sistem pendidikan.

LATIHAN
Untuk memantapkan Anda tentang pengertian anak luar biasa, penyebab dan dampak keluarbiasaan, serta Kebutuhan hak dan kewajiban penyandang cacat, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut.

1. Di Indonesia belum ada istilah baku untuk mendefinisikan anak luar biasa. Rumuskanlah dengan kata-kata sendiri suatu kalimat yang dapat menunjukkan pengertian anak luar biasa.

2. Dapatkah anak yang jauh lebih cepat menerima pelajaran dibandingkan dengan teman-teman lain disebut anak luar biasa? Berikan penjelasan jawaban Anda.

3. Perhatikanlah anak-anak didik Anda di kelas. Adakah diantara mereka termasuk anak luar biasa? Jika ada, sebutkan jenis keluarbiasaan yang di sandangnya.

4. Ditinjau dari waktu terjadinya keluarbiasaan dapat dikelompokkan ke dalam 3 jenis. Masih ingat? Jelaskan ketiga jenis penyebab tersebut.

5. Keluarbiasaan positif dapat berakibat negatif bagi anak yang bersangkutan. Sebagai guru, apa yang sebaiknya Anda lakukan untuk menghadapi masalah yang demikian.

6. Uraikan dengan jelas bagaimana kesulitan yang dialami anak luar biasa dalam memenuhi kebutuhan sosial dan emosional.

7. Sebagai guru, apa yang dapat Anda lakukan dalam rangka memberi bantuan dalam pemenuhan kebutuhan sosial/emosional.

Materi II
Karektiristik Anak Luar Biasa

Pada umumnya lembaga pendidikan di Indonesia pada saat ini belum dapat memenuhi berbagai tuntutan masyarakat. Walaupun telah cukup lama dicanangkan tentang program pendidikan. Sekolah dasar sebagai lembaga pendidikan di tingkat dasar memang telah terselenggara hampir di seluruh pelosok tanah air. Lembaga inilah sebagai ujung tombak pendidikan di Indonesia. Melalui lembaga ini pula hampir seluruh anak usia sekolah mengawali pendidikan formal, tanpa terkecuali. Pada hal, tidak semua anak usia sekolah mampu mengikuti proses pembelajaran di SD. Mungkin di antara anak-anak usia sekolah tersebut ada anak-anak luar biasa yang sebenarnya memerlukan pelayanan dan lembaga pendidikan khusus. Namun seperti kita ketahui bersama, mungkinkah pemerintah dapat menyediakan pelayanan tersebut? Dampak dari keadaan yang demikian itu menyebabkan sekolah dasar biasa tidak dapat menolak kehadiran anak luar biasa.
Sebagai guru SD kiranya perlu memahami gejala-gejala anak luar biasa. Berikut ini akan diuraikan gejala-gejala/karakteristik anak luar biasa yang kemungkinan berada di sekolah biasa.

A. Karakteristik Anak Berbakat
Karakteristik anak berbakat dapat ditinjau dari segi akademik, sosial/ emosi, dan fisik/kesehatan.
1. Karakteristik Akademik
Dari segi akademik, anak berbakat antara lain dapat diketahui dari gejala-gejala berikut.
a. memiliki ketekunan dan rasa ingin tahu yang besar
b. keranjingan membaca
c. menikmati sekolah dan belajar

2. Karakteristik Sosial/Emosi
Beberapa ciri individu yang memiliki keberbakatan sosial
a. diterima oleh mayoritas lingkungan

b. keterlibatan dalam berbagai kegiatan sosial
c. kepemimpinannya diakui
d. tidak defensif, memiliki tenggang rasa
e. mampu mengontrol ekspresi emosionalnya
f. mampu menanggulangi siuasi sosial

3. Karakteristik Fisik/Kesehatan

Dalam segi fisik, anak berbakat memperlihatkan hal-hal sebagai berikut.
a. memiliki penampilan menarik dan rapi
b. kesehatan di atas rata-rata


B. Karakteristik Anak Tunagrahita

Berdasarkan adaptasi dari James D Page, secara umum karakteristik anak tunagrahita adalah sebagai berikut.
1. Akademik
a. kapasitas belajar sangat terbatas
b. lebih banyak belajar membeo, tanpa pengertian
c. malas berpikir
d. sulit memusatkan perhatian
e. cepat lupa

2. Sosial/emosi
a. tak dapat mengurus diri sendiri
b. cenderung bergaul dengan anak yang lebih muda
c. kehidupan penghayatannya terbatas

Karakteristik Khusus Anak Tunagrahita
Karakteristik khusus anak tunagrahita adalah karakteristik yang dibedakan menurut tingkat ketunagrahitaannya.
1. Karakteristik Tunagrahita Ringan
a. mampu belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana
b. usia 16 tahun tingkat kecerdasannya sama dengan anak kelas tiga/lima SD
c. kematangan belajar membaca dicapai pada usia 9 s/d 12 tahun
d. dapat bergaul dan mampu mengerjakan pekerjaan ringan

2. Karakteristik Tunagrahita Sedang
a. tidak mampu mempelajari pelajaran akademik
b. perkembangan bahasa terbatas
c. berkomunikasi dengan beberapa kata
d. mampu menulis nama sendiri, nama orang tua dan alamat
e. mengenal angka tanpa pengertian
f. dapat dilatih bersosialisasi
g. mampu mengenali bahaya

h. tingkat kecerdasan setara anak usia 6 tahun

3. Karakteristik Anak Tunagrahita Berat dan Sangat Berat
a. selalu tergantung pada orang lain
b. tak mampu mengurus diri sendiri
c. tidak mengenali bahaya
d. tingkat kecerdasannya setara anak usia 4 tahun

Karakteristik Anak Tunagrahita pada Masa Sekolah

Anak tunagrahita yang masuk pada usia sekolah biasanya masuk di SD biasa. Oleh karena itu kita perlu mengenali gejala-gejala anak tunagrahita pada masa ini. Gejala-gejala tersebut antara lain :
a. mengalami kesulitan belajar pada hampir semua mata pelajaran
b. prestasi rendah
c. kebiasaan kerja tidak baik
d. tidak dapat konsentrasi
e. kemampuan motorik kurang
f. perkembangan bahasa jelek
g. kesulitan menyesuaikan diri

C. Karakteristik Anak Tunalaras

Karakteristik anak tunalaras berkaitan dengan segi akademik, sosial/emosional, dan segi fisik/kesehatan.
1. Karakteristik akademik
a. prestasi belajar di bawah rata-rata
b. sering melakukan pelanggaran
c. sering membolos sekolah
d. sering sakit
e. sering melakukan pelanggaran hukum

2. Karakteristik Sosial
a. sering melanggar aturan budaya, aturan sekolah, dan keluarga
b. agresif, suka membangkang dan sering mengganggu
c. melakukan kejahatan

3. Karakteristik Emosional
a. sering merasa tertekan dan cemas
b. gelisah, malu, rendah diri dan sangat sensitif

4. Karakteristik fisik/kesehatan
a. adanya gangguan makan, tidur dan gerakan
b. mudah mendapat kecelakaan, sering cemas
c. gagap, sering ngompol dan jorok


D. Karakteristik Anak Tunadaksa
1. Karakteristik akademik
a. pada anak yang mengalami gangguan otot, tingkat kecerdasan normal
b. pada anak yang mengalami gangguan sistem cerebral, tingkat kecerdasan tingkat kecerdasannya berentang mulai dari tingkat idiocy sampai dengan gifted
c. terjadi kelainan persepsi, kognisi dan simbolisasi

2. Karakteristik sosial/emosional
a. malas belajar
b. sering salah suai
c. mudah tersinggung, rendah diri, pemalu
d. mudah frustasi dan sering menyendiri

3. Karakteristik fisik/kesehatan
a. fungsi pancaindera terganggu
b. kemampuan bicara rendah
c. fungsi keseimbangan terganggu
d. sulit melakukan kegiatan dengan gerakan halus

E. Karakteristik anak Berkesulitan Belajar
Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar Secara Umum
1. Masalah persepsi dan koordinasi
a. tidak dapat membedakan huruf yang mirif (d dan b, sakit dan sabit)
b. sulit membedakan bunyi yang hampir sama (kopi dengan topi)
c. adanya gangguan motorik halus dan kasar

2. Gangguan dalam perhatian
a. sulit berkonsentrasi
b. sulit untuk memusatkan perhatian
c. sulit melakukan kontak mata
d. hiperaktif
e. tak dapat menuntaskan pekerjaan

3. Gangguan dalam mengingat dan berpikir
a. masalah mengingat
1) tak memiliki kemampuan dalam penerapan strategi mengingat
2) sulit mengingat materi secara verbal
b. masalah berpikir
1) sulit memecahkan masalah
2) tidak mampu menemukan/membentuk konsep

4. Kemampuan dalam penyesuaian diri
a. kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
b. kurang percaya diri, cemas dan takut
c. suka mengasingkan diri

Karakteritik Khusus Anak Berkesulitan Membaca
1. Gangguan membaca lisan
2. Kurang mampu membedakan kata-kata yang berbeda secara ortografis
3. Gangguan ingatan jangka pendek
4. Gangguan pemahaman

LATIHAN
Sebagai seorang guru yang mengajar di SD, kita dapat saja menemukan berbagai bentuk keluarbiasaan yang dialami anak didik. Oleh karena itu agar dapat memberikan pelayanan pendidikan secara tepat, kita harus dapat mengenali ciri-ciri anak luar biasa.
Sebutkanlah!

1. Ciri-ciri anak berbakat

2. Ciri-ciri anak tunalaras, dan

3. Ciri-ciri anak berkesulitan membaca

Materi III
Pendidikan Anak Luar Biasa Di Sekolah Biasa

A. Pendahuluan
Anak luar biasa adalah anak yang mempunyai sesuatu luar biasa yang secara signifikan membedakannya dengan anak-anak seusia pada umumnya. Keluarbiasaan yang dimiliki anak tersebut dapat merupakan sesuatu yang positif, dapat pula negatif. Dengan demikian, keluarbiasaan itu dapat berada di atas rata-rata anak normal, dapat pula di bawah rata-rata anak normal.
Jika dilihat dari jenis penyimpangan keluarbiasaan, Abdulrakhman dalam Pengantar Pendidikan Luar Biasa membedakan atas kelompok-kelompok berikut.
1. Kelompok yang mengalami penyimpangan dalam bidang intelektual, terdiri dari anak yang luar biasa cerdas (intelellectually superior) dan anak yang tingkat kecerdasannya rendah atau yang disebut tunagrahita.
2. Kelompok yang mengalami penyimpangan atau keluarbiasaan yang terjadi karena hambatan sensoris atau indera, terdiri dari anak tunanetra dan tunarungu.
3. Kelompok anak yang mendapat kesulitan belajar dan gangguan komunikasi
4. Kelompok anak yang mengalami penyimpangan perilaku, yang terdiri dari anak tunalaras dan penyandang gangguan emosi.
5. Kelompok anak yang mempunyai keluarbiasaan/penyimpangan ganda atau berat dan sering disebut tunaganda.


Pada saat ini telah tersedia sekolah-sekolah luar biasa yang dapat melayani pendidikan sesuai dengan jenis keluarbiasaannya. Anak luar biasa cerdas dapat masuk ke sekolah yang memberikan layanan khusus buat anak berbakat, anak tuna rungu dapat masuk ke sekolah yang sesuai. Bagi anak luar biasa yang secara jelas dapat terlihat keluarbiasaannya akan lebih mudah untuk memilihkan sekolah yang sesuai, namun jika keluarbiasaannya itu tidak jelas, besar kemungkinan anak tersebut masuk ke sekolah biasa.
Dari kelima kelompok anak luar biasa di atas, yang sering ditemui pada sekolah biasa adalah kelompok anak yang mengalami penyimpangan perilaku, karena pada kelompok ini tidak secara jelas terlihat gejala-gelaja keluarbiasaannya. Orang tua tidak menyadari bahwa anaknya berbeda dengan anak yang lain. Dengan pertimbangan berbagai faktor, banyak anak yang sebenarnya mengalami gangguan emosi dan perilaku menyimpang (tunalaras) oleh orang tuanya dimasukkan ke sekolah biasa. Jika demikian kasusnya, maka guru di sekolah biasa terutama guru SD harus dapat mengantisipasi keadaan tersebut. Oleh karena itu pada kesempatan ini yang akan dibahas adalah kelompok anak tunalaras dan anak yang mengalami gangguan emosi.

B. Pengertian, Klasifikasi dan Karakteristik Anak Tunalaras
Dalam Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 1991 disebutkan bahwa : tunalaras adalah gangguan atau hambatan atau kelainan tingkah laku, sehingga kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Sedangkan menurut Undang-undang tentang PLB di Amerika tunalaras disebut dengan gangguann emosi. Gangguan emosi adalah suatu kondisi yang menunjukkan gejala-gejala, antara lain: ketidakmampuan menjalin hubungan yang menyenangkan teman dan guru, berlaku tidak pantas.
Menurut Rosembera, anak tunalaras dapat dikelompokkan atas tingkah laku yang beresiko tinggi dan rendah. Yang beresiko tinggi yaitu hiperaktif, agresif, pembangkang, delinkuensi dan anak yang menarik diri dari pergaulan sosial, sedangkan yang beresiko rendah yaitu autisme dan skizofrenia.
Untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami gangguan emosional atau tidak, kita dapat menentukan dari ciri-ciri atau karakternya. Dari segi sosial dan emosional, anak tunalaras akan menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut.
1. Perilakunya tidak dapat diterima oleh masyarakat dan biasanya melanggar norma budaya, aturan keluarga dan sekolah
2. Sering mengganggu, bersikap membangkang atau menentang dan tidak dapat bekerjasama.

C. Jenis Perilaku Menyimpang di Sekolah Biasa
Pada bagian pendahuluan telah dijelaskan bahwa keluarbiasaan anak dapat dibedakan menjadi anak luar biasa yang secara jelas dapat terlihat dan anak luar biasa yang sulit dideteksi. Orang tua yang memiliki anak jenis kedua biasanya tidak menyadari akan keluarbiasaan yang dialami anaknya sehingga memasukkan anak tersebut ke sekolah biasa.
Kelompok anak tersebut dapat diketahui melalui gejala-gejala yang ditunjukkan dengan perilaku yang menyimpang. Penyimpangan-penyimpangan perilaku anak tersebut, seperti anak suka jahil, iri hati, mencela, rewel, agresif, suka protes dan malas belajar. Menghadapi masalah penyimpangan perilaku anak tersebut, tidaklah akan terselesaikan dan anak berubah menjadi anak yang baik, jika saja kita mengatasi masalah tersebut dengan sikap reaktif dan perlakuan keras terhadap anak. Yang harus kita lakukan adalah tindakan proaktif untuk menemukan cara-cara memecahkan dan mengatasi masalah tersebut, dengan cara mengenali dan menganalisa, mengapa anak menunjukkan penyimpangan perilaku, kemudian kita cari solusi untuk mengatasi masalah tersebut.
Gejala-gejala perilaku menyimpang
1. Anak yang suka jahil
Perbuatan jahil adalah suatu perbuatan yang dilakukan seseorang terhadap orang lain dengan maksud mengganggu atau membuat orang lain menjadi tidak nyaman atau membuat orang lain menderita baik secara fisik maupun mental atau mengalami kehilangan sesuatu. Sementara itu si anak jahil begitu asyik menikmati dengan rasa puas melihat si korban menderita.
2. Anak yang suka iri hati
Perasaan iri hati yang berlebihan biasanya diwujudkan dengan perilaku mengganggu teman, berebut mainan, saling bantah dan sebagainya. Hanya karena hal-hal yang sepele anak dapat menjadi agresif atau suka menyerang kepada temannya. Dapat pula dilakukan dengan perbuatan yang sebaliknya dengan menunjukkan rasa murung, suka menyendiri atau bahkan mengurung diri.
3. Anak yang suka menyela
Kita mungkin pernah melihat anak yang suka menyela pembicaraan orang lain/orang tua walaupun orang tua menyuruh anak untuk pergi dan menjauh dengan baik-baik, anak justru menolak dan ngotot untuk terus nimbrung.
4. Anak suka agresif
Anak yang agresif akan menyerang teman/orang yang belum dikenal karena masalah yang sangat sepele, seperti berebut mainan, makanan, atau karena diolok-olok dan sebagainya. Akibat perilaku anak yang suka agresif menyerang temannya itu, dirinya ditakuti, dimusuhi dan dijauhi teman-temannya.
D. Penyebab Perilaku Menyimpang
Menurut Hendra Surya (Kiat Mengatasi Penyimpangan Perilaku anak 2004) berbagai perilaku menyimpang yang dialami oleh anak usia antara 3 - 12 tahun pada umumnya dilatarbelakangi oleh suatu unsur pemuas ego perasaan seseorang. Perilaku menyimpang tersebut tanpa disadari oleh suatu pertimbangan pemikiran, apakah perbuatan itu baik atau tidak. Perlu disadari, bawa setiap manusia memiliki ego perasaan yang menjadi keinginan bawah sadarnya.


Timbulnya perbuatan menyimpang karena ada suatu keinginan bawah sadar anak yang terhambat atau tidak diperolehnya. Hal ini akan mendorong anak untuk melakukan perbuatan menyimpang tersebut. Yang dimaksud keinginan bawah sadar yang terhambat tersebut adalah keinginan untuk selalu memperoleh perhatian.

Perbuatan menyimpang dilakukan karena merasa dirinya:
1. tidak mendapat perhatian
2. disepelekan
3. kehadirannya dianggap tidak ada
4. tidak mendapat peran apapun
5. sebagai pelengkap penderita
6. takut kehilangan peran dalam lingkungannya

Jika seorang anak memiliki perasaan-perasaan sebagaimana tersebut di atas, maka ia akan merasa terancam keberadaannya, sehingga ia akan melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menarik perhatian orang yang berada di sekitarnya.
Contoh kasus.
1. Anak tidak diajak dalam pemainan oleh saudara/teman-temannya, padahal dirinya ingin sekali turut bermain.
2. Anak merasa dikucilkan dari orang tua/saudara/teman sepermainannya.
3. Anak merasa bahwa orang tua lebih perhatian kepada adik baru
4. Anak merasa terusik dan terancam perannya atas kehadiran orang baru di lingkungannya
Karena rasa atau keinginan bawah sadar yang terhambat inilah, anak ingin membuktikan bahwa dirinya ada dan bisa melakukan sesuatu untuk mencari perhatian atau mempertahankan perhatian. Dia sebagai anak belum dapat mempertimbangkan baik- buruknya atau akibat dari perbuatan tersebut. Yang penting baginya kepuasan untuk dapat menggoda saudara/teman. Sebenarnya si anak akan menyampaikan pesan, bahwa dirinya perlu diperhitungkan keberadaannya dan perlu mendapat perhatian.
E. Memahami Anak Berperilaku Menyimpang
Pada zaman modern sekarang ini, peran guru sangat besar dalam pendidikan dan kehidupan anak, karena banyak tugas pendidikan yang semestinya dilakukan oleh orang tua dilimpahkan kepada para guru, karena berbagai alasan. Para guru dapat memberikan rasa aman baik secara sosial maupun emosiaonal, terutama untuk siswa-siswa yang memiliki perilaku menyimpang yang pada umumnya tidak dapat menerima perlakukan tersebut di lingkungan keluarga.
Keberadaan anak berperilaku menyimpang sering dihadapi guru pada saat mengajar. Pada saat-saat tertentu mereka tidak ada bedanya dengan anak-anak lain pada umumnya. Mereka memiliki wajah yang manis, sangat menggemaskan, namun ia juga sering terlibat pertentangan dengan peraturan sekolah dan guru. Dia sering menolak untuk mengerjakan tugas, membenahi peralatan atau duduk tertib di kelas. Dia sering berbuat ribut di kelas dan marah-marah tanpa sebab.
Untuk mengatasi permasalahan anak semacam itu, perlu ada kerja sama antar staf dan semua guru di sekolah. Penyimpangan anak tidak semata-mata dilakukan di dalam kelas saja, tapi terjadi juga di luar kelas pada saat jam istirahat. Ketika seorang siswa berbuat nakal di luar kelas, semua staf sekolah harus beranggapan bahwa hal tersebut tidak hanya menjadi tanggung jawab guru yang mengajarnya. Semua staf sekolah berkewajiban untuk mengasuh semua siswa pada saat di luar kelas.

Permasalahannya adalah, bahwa terdapat keengganan dari para guru untuk berbagi masalah dengan guru lain, terutama kepada yang lebih senior, karena takut dianggap gagal. Sebaliknya, guru lain juga enggan untuk menyampaikan tawaran kepada guru lain untuk membantu mengatasi berbagai hal yang terjadi. Namun perlu kita sadari bahwa satu-satunya cara yang efektif untuk menciptakan perilaku positif di seluruh sekolah merupakan tanggung jawab bersama seluruh staf sekolah.

Perlunya Saling Dukung antar Guru
Jika terdapat seorang siswa yang secara signifikan menunjukkan perilaku menyimpang, antar staf sekolah perlu saling memberikan informasi agar dapat ditetapkan langkah-langkah untuk melakukan tindakan bersama dalam mengatasi masalah tersebut. Kegiatan semacam ini harus dibakukan dalam bentuk peraturan sekolah, sehingga semua guru akan mendapat perlakuan yang sama.

Untuk membina budaya saling dukung di sekolah, tidaklah mudah, memerlukan waktu dan contoh dari orang yang lebih senior. Ukungan rekan sekerja bagi para guru dalam menghadapi anak-anak berperilaku menyimpang meliputi hal-hal berikut.

1. Pemahaman dari sekolah secara keseluruhan, bahwa perlunya kebersamaan dalam mengatasi masalah.
2. Pemahaman bahwa masalah-masalah perilaku yang besar membutuhkan pendekatan kelompok
3. Kebersediaan wali kelas untuk menerima dukungan dan pemahaman bahwa dukungan ini bersifat normatif.
4. Penyelenggaraan rapat oleh wali kelas dengan sesama kolega
5. Pengakuan bahwa penyimpangan perilaku seseorang bukanlah semata-mata tanggung jawab guru yang bersangkutan, tetapi merupakan tanggung jawab bersama.
6. Perlunya pembentukan forum sekolah
7. Ketersediaan dukungan sesama rekan di dalam observasi kelas dengan saling bertukar kelas.

Penyimpangan Sebagai Akibat
Pada saat mulai masuk sekolah, seorang anak telah membawa pemgalaman ke dalam lingkungan sekolah yang penuh dengan tuntutan dan peraturan. Kehidupan emosional anak telah terbentuk dari lingkungan keluarga dan telah dibekali pula dengan kepandaian bagaimana cara beradaptasi dengan orang lain. Pengalaman-pengalaman dalam keluarga dapat dirumuskan melalui pertanyaan-pertannaan berikut.
1. Apakah orang tua menghargai kegemaran membaca, pemecahan masalah?
2. Seperti apakah suri tauladan laki-laki di dalam hidupnya?
3. Bagaimanakah otoritas dan disiplin dipraktikkan?
4. Pilihan apa yang dimiliki si anak berkenaan dengan perilakunya sendiri?
5. Bagaimana pengelolaan konflik di rumah?
6. Untuk hal-hal macam apa ia mendapat perhatian, pujian atau hukuman?

Tidak semua anak yang masuk sekolah, terutama anak kelas satu, dengan pengalaman dari rumah tersebut mampu menyesuaikan diri terhadap tuntutan di sekolah. Beberapa anak mempunyai pengalaman di rumah, bahwa bicara dengan nada keras, bentakan dan teriakan, cemoohan, dan saling menyalahkan merupakan kebiasaan yang dilakukan. Pengalaman di rumah sering di bawa ke sekolah, sehingga terjadi benturan nilai yang akan nampak sebagai perilaku distruktif

Dapatkah Pengaruh Lingkungan Dinetralisir?
Saya pernah mengajar di sekolah swasta yang para siswanya berasal dari daerah kumuh. Para siswa berasal dari lingkungan pelacuran yang penuh dengan dekadensi moral, dari daerah pemulung yang relatif minim dalam masalah ekonomi, lingkungan tukang becak dan sejenisnya.

Umumnya kita akan terjebak pada pernyataan bahwa wajarlah bila anak-anak dari daerah tersebut mempunyai perilaku menyimpang. Dalam keadaan semacam ini, patutkah kita sebagai guru menyalahkan lingkungan keluarga dan tidak berusaha untuk memperbaiki perilaku mereka?

Perlu kita ingat bahwa seorang anak akan menghabiskan sepertiga dari harinya di sekolah. Selama waktu itu kita dapat menyediakan program, pilihan, kerangka kerja disiplin yang dapat mengajarkannya alternatif-altenatif untuk memberi rasa memiliki yang bertujuan dan meningkatkan pengendalian perilaku. Dalam pendekatan ini guru memiliki peran yang sangat penting.

Perilaku distruktif
Di sekolah sering kita temukan anak yang mendapat predikat nakal, karena menunjukkan perilaku yang tidak patut, tidak bertanggung jawab, menyalahi aturan dan tidak bertanggung jawab. Perlaku distruktif tersebut dapat berupa:
1. terus-menerus memanggil guru dan berbicara seenaknya
2. berjalan kesana-kemari di kelas
3. menggerakkan kaki terus-menerus di kursi
4. suara sangat keras
5. tidak mampu konsentrasi, dsb.

Istilah-istilah yang sering diberikan kepada anak-anak seperti itu adalah : conduct-disordered (berperilaku menyimpang), attention-deficit disordered (kurang perhatian), socio-emotionally disturbed (terganggu secara sosial dan emosional), hyperactive (hiperaktif). Semua istilah itu, lebih sering disebut dengan istilah berperilaku menyimpang.

Hal yang perlu diingat adalah bahwa sekolah memiliki keterbatasan dalam memodifikasi lingkungan rumah.

Perilaku Mengajar
Pada saat anak-anak masuk sekolah, mereka harus belajar bersosialisasi, berbagi, bekerja sama, mengerjakan tugas-tugas belajar, dan menghadapi rasa frustrasi. Perilaku yang buruk sering kali dihubungkan dengan prestasi belajar. Untuk mencapai prestasi belajar yang baik, seorang anak harus dapat berkonsentrasi pada pekerjaannya, mau mengikuti petunjuk, mengerjakan respons tugas, tetap duduk di tempat, dan mematuhi peraturan kelas.

Contoh pendekatan yang dapat dilakukan guru untuk mengajarkan anak agar berperilaku baik.
1. bagaimana mengangkat tangan tanpa harus memanggil-manggil
2. bagaimana menunggu giliran dari pada menyerobot
3. bagaimana duduk di atas tikar pada jam pelajaran
4. bagaimana duduk di kursi mereka lebih dari beberapa menit
5. bagaimana berbicara dengan lebih perlahan
6. bagaimana berjalan di dalam kelas tanpa mengganggu atau menjengkelkan orang lain
7. bagaimana mempertimbangkan perasaan orang lain
8. apa yang harus dilakukan bila marah.

Dalam program perubahan perilaku hendaknya dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga anak tidak merasa terbebani. Peruhan memerlukan waktu, dan tiap anak akan mempunyai tingkat daya tangkap yang berbeda. Keberhasilan perubahan dapat diukur dari penurunan frekuensi dan intensitas perilaku yang diharapkan. Pemulihan perilaku dapat dilakukan melalui gambar, percontohan, latihan yang ditargetkan, dorongan individual, dan umpan balik.

F. Cara mengatasi anak yang berperlaku menyimpang.

Reaksi yang biasanya muncul terhadap ulah atau perilaku anak yang tidak biasa adalah teguran, hukuman atau nasehat. Namun dengan cara tersebut anak tidak akan merasa jera. Perlu kita sadari bahwa anak melakukan perbuatan di luar kebiasaan, karena merasa dirinya tidak puas dan telah diperlakukan tidak adil menurut pemikiran anak. Dirinya merasa tertekan akibat tidak diperhatikan dan tidak mendapat peran apa-apa dari lingkungannya atau rasa khawatir kehilangan peran akibat kehadiran orang baru di lingkungannya. Dia memandang bahwa perbuatannya tersebut tidak salah, dia tidak menganggap bukan dirinya sebagai pemicu atau penyebab perbuatan tersebut.

Di balik perbuatan-perbuatan yang ia lakukan diharapkan orang di sekitarnya mau mengakui kekeliruannya . Ia ingin dirangkul dan diajak turut serta atau ambil peranan dalam permainan atau bergaul. Jadi yang anak inginkan adalah pengakuan bukan teguran.

Teguran, nasehat atau hukuman menurut tanggapan anak merupakan upaya orang lain untuk menekan dan memojokkan dirinya semata. Ini tidak adil, sehingga muncul dorongan untuk menolak perlakuan tersebut. Penolakan tersebu akan diwujutkan dalam bentuk perlawanan terhadap orang yang memberikan teguran, nasehat atau hukuman. Perlawanan tersebut dapat berupa reaksi kemarahan langsung maupun secara tersamar. Reaksi kemarahan langsung dapat secara verbal dengan menggunakan kata-kata kasar maupun fisik. Kemarahan secara tidak langsung dapat diwujutkan dalam perilaku seperti wajah cemberut, menangis, atau mengurung diri dan sebagainya. Di benak anak pun tertanam kesan negatif, bahwa dirinya disisihkan dan diperlakukan beda dengan yang lain, sehingga timbul antipati terhadap saudara atau teman.

Dengan demikian , bagaimana cara mengatasi anak yang sering melakukan perilaku menyimpang? Kadang-kadang kita kurang sabar menghadapi anak dengan perilaku yang di luar kebiasaan, sehingga cenderung untuk melakukan tindakan yang bersifat emosional. Padahal tindakan tersebut dapat lebih memperparah keadaan. Oleh karena itu sepatutnyalah kita tidak melakukan hal-hal sebagai berikut.
1. Jangan emosional menghadapi anak.
Walaupun perbuatan anak dianggap sudah lewat batas, sebaiknya tidak perlu dimarahi. Kita harus berusaha untuk menahan diri dan jangan biarkan diri kita terbawa emosi. Hadapi anak yang demikian itu dengan kesabaran dan jiwa yang penuh kearifan.
Bentakan, omelan atau hukuman fisik hanya akan menimbulkan reaksi negatif, sehingga anak akan melakukan perlawanan atau penolakan baik secara langsung maupun tidak langsung. Akibat lebih jauh, anak akan cenderung untuk mengulangi perbuatan yang tidak baik tersebut secara lebih keras atau brutal sebagai kompensasi ketidaksenangannya itu.
2. Jangan kucilkan anak.
Tindakan pengucilan dapat menimbulkan pemikiran yang negatif pada diri anak. Dengan pengucilan tersebut anak merasa bahwa keinginan-keinginannya tidak terakomodasi dan memandang orang tua tidak dapat memahami serta tidak mau mengerti keinginan-keinginan bawah sadar anak. Keterasingan dari lingkungan sosial dapat menyebabkan si anak cenderung menilai dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan dicintai. Putusnya hubungan dengan lingkungan sosial dalam waktu yang panjang dapat menyebabkan depresi atau kehilangan gairah hidup, murung, pesimis, kurang inisiatif, selalu curiga dan membenci orang lain.
Sikap dan tindakan yang sebaiknya kita lakukan dalam mengahadapi anak yang berperilaku menyimpang.

1. Lakukan Pendekatan Kasih Sayang
Sentuhan yang lembut penuh perhatian dapat menimbulkan rasa senang pada anak, karena merasa diperhatikan. Untuk selanjutnya rasa kasih sayang dapat dilakukan dengan cara-cara berikut.
a. Ajaklah anak ke tempat yang dapat menyejukkan hatinya dengan suasana baru dan menyegarkan
b. Buatlah anak sedemikian rupa untuk mengungkapkan isi hatinya dengan suka rela, tanpa ada paksaan
c. Tunjukkan sikap kesediaan kita untuk mendengarkan dengan sungguh-sungguh dengan rasa empati
d. Ciptakan suasana yang menyenangkan
e. Ajak anak untuk menilai semua perbuatan yang telah dilakukan, sehingga anak dapat membayangkan seandainya perlakuan buruk itu menimpa dirinya.
2. Responsif terhadap perasaan anak
Untuk anak yang dilanda irihati, suasana hatinya penuh diliputi oleh nafsu marah, tertekan, kecewa, kesal dan benci, sehingga ia idak mau mendengarkan siapapun. Anak yang iri hati sebenarnya ingin diperhatikan.
3. Dengarkan suara hati anak
Untuk menciptakan suasana hati anak sehingga merasa diperhatikan, kunci utamanya adalah:
a. ciptakan hubungan baik kita dengan anak
b. kesediaan meluangkan waktu untuk anak
c. dengarkan keluh kesah anak

4. Binalah kasih saying antaranak
Langkah-langkah yang dapat kita lakukan untuk menumbuhkan kasih saying antaranak, antara lain :
a. berbuat adil terhadap semua anak
b. jangan bandingkan anak dengan anak lain
c. melakukan kegiatan bersama

G. Penutup

Menghadapi anak di sekolah dengan karakteristik yang heterogen diperlukan kesabaran yang cukup tinggi bagi para guru, terutama guru Sekolah Dasar. Hubungan antara guru dengan siswa sebaiknya tidak terlalu formil, agar anak tidak merasa asing dengan dunia sekolah. Guru harus dapat berperan sebagai orang tua yang dapat memperlakukan anak penuh kasih sayang. Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelainan sikap dan perilaku anak lebih banyak disebabkan kurangnya perhatian dan kasih sayang. Oleh karena itu dengan rasa penuh kasih dan pengetahuan yang memadai tentang kelainan tingkah laku siswa diharapkan kita sebagai guru akan mampu mengatasi persoalan-persoalan anak di sekolah.